Kegagalan Membuka Nikmat resume 5 "Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi"
Resume 5
Rabu, 26 Januarai 2022
Narasumber : Aam Nurhasanah, S.Pd
Moderatort : Dail Ma'aruf
"Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi"
Tetap bersyukur dengan kegagalan, karenanya kita akan merasakan begitu nikmatnya sekecil apapun pencapaian itu, dan kebahagiaan akan semakin dirasakan.
Berbeda. Jika resume hari ke-4 diawali kata ‘sama’, resum ke- 5 ini berbeda. Ya, malam ini ada sedikit perbedaan, walau situasi dikejar waktu sepertinya sama. Kedua jagoan tidak seheboh hari kemarin. Ketika pukul 19.00 WIB, si sulung Lintang pulang dari mushola. “Mama, masih ngetik, ini kan Rabu?” “Kalau sudah selesai lihatin puisi Lintang ya?” lanjut pertanyaannya. Kemudian, dia buru-buru buat minum teh untuk ustadznya. Jadwal mengajinya Senin sampai Kamis setelah sholat Isya. Sebelum mulai ngaji, dia berkata “Jangan lupa Mah nanti setelah ngaji Lintang mau potong rambut, soalnya kalau tidak , besok dipotong ustazah di sekolah”. Bisa dibotakin lho Mah, kan nanti malu Lintang di sekolah” Saya belum merespon, dia keburu menemui ustadznya. Saya memang masih fokus baca materi untuk ujian MCE besok siang,. Sembari menunggui Al si bungsu yang tiduran di samping saya, badannya agak panas, mual dan dia bilang juga sakit perut, saya membaca materi pelatihan MCE tersebut.
Saya ingat dengan kata-kata mutiara dari Imam Al –Ghazali "Kalau kamu bukan
anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". 
        Sebersit pikiran saya, nanti akan mencoba
menyuruh  Lintang bercerita, menulis
cerita, mengapa dia potong rambut malam-malam dan ada aksi dibotakin. Akhir-akhir
ini dia juga mulai mau menulis puisi, katanya ingin juga ada nama Lintang di
buku. Bahakan dia pernah bilang agar saya sering-sering nulis biar dapat
hadiah.  Bagi saya ini prestasi, dari awal
anak belum bisa menulis puisi sampai mulai mengerti dari manfaat menulis.  Menurut saya ini salah satu manfaat
keikutsertaan saya pada komunitas menulis, even-even menulis buku antalogi bersama
baik yang dilombakan atau tidak. Kecuali itu, mengikuti  kelas menulis seperti di kelas Menulis
24.  Ada motivasi, terinspirasi untuk
menulis dan mengajak anak menulis. Menulis dari pengalaman sehari-hari. "
        Alhamdulillah
sekarang saya mulai merasakan dampak dari menulis. Sesuai awal saya menulis
bukan untuk selalu F1, popular, semata sekedar mencurahkan apa yang dipikiran
dan dirasakan, jadi ,merasa terhibur, bahagia. Apalagi jika tulisan kita dibaca
orang lain dan bermanfaat. Saya kutip dari kata-kata mutiara tentang menulis
berikut,
"Semua orang
akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan
dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib
Membaca tema materi malam ini “Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi” dengan nara sumber ibu Aam Nurhasanah, S.Pd seorang kepala sekolah, penulis muda dengan segudang prestasi. Karya buku sudah banyak 41 buku solo dan masih ada beberapa buku bersama, belum lagi masih proses cetak. Tidak hanya buku prestasi beliau, tetapi juga pernah meraih juara dalam beberapa even antara lain juara 1 menulis Blog tingkat Nasional. Beliau didampingi seorang moderator yaitu bapak Dail Ma’ruf yang juga penulis dan sudah menerbitkan beberapa buku solo.
Semangat, tidak putus asa. Kata dan kesan pertama yang saya tangkap dari sosok Bu Aam. Diawali dari tidak lulusnya mengikuti kelas menulis 8, berakhir dengan semangat membara, hingga kegagalan terlindas oleh hujan karya yang menggenangi rak-rak buku.
        Sambil membaca
materi ujian yang baru beberapa poin, waktu sudah hampir pukul 20.00, sudah
saatnya beralih ke WAG, siapkan Ms Word untuk menulis resume. Ketika mau menutup laman 21st century
learning design [21 CLD] for educator education Microsoft,  materi yang baru saya baca tentang “Komunikasi
Terampil” Komunikasi terampil  dalam  pembelajaran abad 21, perlu adanya  komunikasi diperluas, multimodal, bukti, dan
tersampaikan untuk oudiens yang otentik. 
         Hal ini sangatlah sejalan dengan
materi dari ibu Aam. Diharapkan  peserta didik dimulai dari diri kita seorang
guru, harus memiliki ketrampilan itu. Diharapkan dalam proses beajar,
mengeksplor ide-ide, berinovasi dengan komunikasi yang terampil. Dari ide dituangkan
dalam bentuk tulisan misalnya di ms word, 
disisipkan gambar misalnya. Tidak cukup 
menulis pada satu media, perlu multimedia, multimodal, misalnya di blog,
konten aplikasi yang lain, ataupun media cetak koran,  dengan harapan ide dan tulisan tersampaikan
kepada audiens otentik, pembaca yang sesuai. 
Ide, tulis,
PPT/karya(buku)/youtube, konten dan tersampaikan  oudiens/pembaca, otentik. 
Apalagi kita sebagai seorang guru, belajar mengikuti kelas
menulis seperti ini sangatlah tepat, apa yang kita tulis di blog bisa dibaca
orang lain. Begitu pula jika kita menulis dan dibukukan dengan sasaran pembaca
yang tepat, misal cerita anak, buku panduan, buku penunjang mapel dan lainnya.
Hal itu jika sasaran menulis adalah siswa. 
Seperti yang tertuang pada modul materi pelatihan MCE  yang sudah dialihbahasakan dari Bahasa Inggris
menjadi Bahasa Indonesia berikut ini,
          Keterampilan komunikasi dalam dimensi
pembelajaran abad 21 mengacu pada kemampuan individu untuk berkomunikasi secara
jelas menggunakan sarana lisan, tulisan, dan nonverbal. Masyarakat sekarang
menuntut agar setiap orang memiliki kemampuan ini, karena tuntutan hubungan
sosial dan ekonomi global menuntut seperangkat keterampilan komunikasi yang
jauh lebih beragam. Kita hidup dalam masyarakat yang terhubung
di mana internet memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang-orang di
seluruh dunia. Dalam komunikasi kontemporer, proses aktif komunikasi sama
pentingnya dengan produk. Pengambilan dan publikasi digital bahkan komunikasi informal
berarti bahwa produk komunikasi kita bertahan lebih lama dan dibagikan lebih
luas daripada sebelumnya. Oleh karena itu, pembelajar harus mampu berkomunikasi
dengan jelas dan persuasif untuk berbagai khalayak di ranah akademik maupun
masyarakat. 
             Bismillah, dari materi kelas menulis
yang disampaiakn narasumber yang hebat-hebat , seperti halnya bu Aam Nurhasanah
dan materi pelatihan MCE saya semakin ‘bersemangat’.  Tidak perlu
dibuat sulit dan tak perlu menulis yang sulit, tulislah hal yang kita senang
dan mampu. Tulislah apa yang dekat dengan kita. Apa yang kita rasakan, lihat,
dengar di sekitar kita itu sudah cukup untuk memulai. Seperti para narasumber
yang selalu menyatakan bahwa awalnya juga sulit, peserta biasa, yang penting
nulis, menulis. Biarkan saja pikir apa yang ada pada pikiran kita mengalir
alami. Semula memang pasti sangat sederhana, kemudaian biasa meningkat, meluas
ide kita. Insyaallah kualitas tulisanpun akan meningkat. Dan kecepatan, frekuensi
menulis akan semakin stabil dan berangsur cepat, diharap bisa nomor satu.                                                                                                                                                                  Kecuali
itu, menurut Bu Aam agar biasa cepat menulis resume misalny, tulis saja kesimpulannya, hal-hal yang
penting yang disampaikan narasumber, jangan ditulis semuanya.
Betul sekali. Tulis yang penting-penting saja. Resume ini sudah cukup mewakili kegiatan bunda yang ditemani dua jagoan yang luar biasa. Semangat terus ya
BalasHapusTerimakasih Bu Aam hebat
HapusResume nya keren buu. Smangat berjuang buu
BalasHapusBunda teladan dan menginspirasi juga cerdas dalam menulis .
BalasHapusSemoga berkanan mamiir ke blog saya bun
Makasih mbak saya sdh mampir nnti mmpir lagi deh😊
Hapushttps://arofiahafifi.blogspot.com/2022/01/menulis-membuatku-naik-kelas-dan.html
BalasHapusAyoo semangat ngeresume bundaa
BalasHapusSelalu semangat, terimakasih mbak Imut
HapusDari sudut yang berbeda, materi Bu Aam jadi lebih kaya, keren Bun.
BalasHapusTerimakasih mbak Susi
Hapus