Magnet Menulis
Pertemuan 1
Ide Menulis Bagi Guru
Narasumber : Wijaya Kusuma M. Pd
Moderator : Maesaroh, M. Pd
Resume 1 : Ide Menulis Bagi Guru
Romantika Resume 1
“Maah, minum”. “Merah….Spontan pandangan ini mengarah jam dinding. Jam menunjukan pikul 19.45, kaget, cari hp, anak bungsu yang minta minum merah kian teriak, anak suluk menegur.
“Mah, ada apa, cari hp? “Kan, mamah ces.” Si sulung pasti sudah sering tidak heran lagi jika mamanya pelupa dan panikan. Dia bertanya apakah saya ada zoom, saya jawab tidak tapi di wa grup. “Ah pasti puisi, pantun ya?” Tanya si sulung beruntun, menebak. Memang beberapa bulan ini kegiatan menulis mulai saya sukai. Setelah bertahun-tahun jadi guru dan usia sudah tidak muda lagi ‘balita’, bawah lima puluh tahun.
Setelah saya buatkan minum ‘merah’ seperti si bungsu usia 3 tahun menyebut minuman sirup warna merah, saya mulai duduk dan menyimak Wa grup belajar menulis 24. Ternyata sudah lewat pembukaan sudah mulai membuat tulisan tentang PGRI dan sudah selesai. Gugup pastinya, ditambah dua jagoan suaranya saingan dengan televisi yang mereka tonton. Walaupun yang sulung sudah kelas 4 tetap saja anak-anak yang kadang sudah mulai mengerti apa yang ada dihadapan , apa yang dilakukan mamanya, tetapi sebaliknya terkadang sama seperti adiknya, ikutan rewel.
Begitulah pengalaman pertama mengikuti kelas menulis yang dasyat ini. Akan tetapi, Bismillah mudahan bisa membuat resume yang merupakan pengalaman pertama juga menulisnya di blog.
Masih tidak langsung ingat tanggal berapa hari ini, kembali pandangan ke kalender. He he maaf curhat ini jadinya, kapan nulisnya, kapan resume, kapan? Mulai! Ting tong ting tong ting tong terdengar notifikasi panggilan Wa. Oh, rupanya yang telpon teman satu kelas menulis 24. “Hmm ada apa,” saya mencoba menebak, mungkin mau tanya tentang tugas resume atau kaitan dengan tugas sekolah. Daripada penasaran dan agak tergesa-gesa saya coba telpon balik karena waktu mengangkat panggilan yang pertama sudah ditutupnya.
21.30 WIB
“Mah, tidak bisa dilanjut besok? Pertanyaan penuh misteri dari suami. “Tidurkan dulu anak-anak”, lanjut suami. Hampir 1 jam bahkan lebih menunggu anak-anak lelap tidur.
Pukul 23.00 Bismillah mulai saya meresume, dengan modal ingatan sekilas tentang materi yang ada di chat. Ada sedikit kisah yang penuh makna tentang awal mulai Bapak Wijaya mulai menulis, dan sesi tanya jawab yang semua itu sangat dekat dengan pengalaman saya, begitulah saya, sepertinya peetanyaan teman peserta kelas menulis ini merupakan hal umum yang dirasakan oleh semua penulis pemula sepertinya halnya saya.
Malam ini sungguh menantang saya untuk memulai menulis. Beberapa saya copi paste, edit, modifIkasi dari chat, file yang di share di share di grup. Oh Bapak Wijaya Kusuma, yang dipanggil , disapa dengan Om Jay sungguh luar biasa, adalah nara sumbernya. Moderator Ibu Maysaroh yang dengan sigap dan cekatan memandu pelatihan melalui Wa Gup ini.
Beliau seorang guru, penulis, motivator, blogger, pelopor guru penggerak, fotografer. Beliau telah berkeliling hampir penjuru nusantara karena menulis. Beliau juga founder pelatihan menulis gratis dari gelombang 1-24, founder kelas bicara, serta founder kelas Guru Motivator Literasi Digital. Juga sederet yang tidak bisa di tulis disini. selayang pandang tentang beliau.
Wijaya Kusumah, S.Pd, M.Pd , Lahir di Jakarta, 28 Oktober 1971. Menyelesaikan pendidikan S1 di IKIP Jakarta pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (1990-1994). Telah menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) Pascasarjana UNJ (2007-2009) dan mulai tahun 2014 telah melanjutkan pendidikan ke S3 Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNJ.
Menulis merupakan keterampiaan berbahasa yang paling sulit setelah menyimak, mendengar dan membaca. Banyak faktor penyebab kenapa guru tidak bisa menulis, diantaranya adalah sibuk, sulit mengatur waktu, tidak punya ide, kurang percaya diri, dan malas. Dari beberapa penyebab tersebut bahwa faktor yang paling dominan adalah malas. Walaupun banyak waktu kalau sudah malas maka sulit untuk melakukannya.
Malam ini Omjay berbagi ilmu dan pengalaman tentang ide menulis bagi guru, ide itu ada dimana-mana, semua ada di depan mata kita. Hanya saja kita belum terbiasa menulis. Padahal kita bisa eksis dan narsis karena menulis.
Sebagai contoh dulu Omjay bukanlah guru yang suka menulis. Allah Subhanahuwataalla mempertemukan Omjay dengan seorang blogger terkenal dan saat itu beliau menjabat sebagai kepala sekolah
Berkat bertemu beliau, Omjay menjadi suka menulis dan akhirnya membawa dirinya ke berbagai belahan dunia. Tinggal benua Amerika yang belum beliau kunjungi.
Ide menulis bisa dimulai dari diri sendiri. Kalau kita berprofesi sebagai guru, banyak ide di depan mata bermunculan. Bisa ide datang dari pengalaman mengajar yang menyenangkan atau bisa jadi dari murid-murid kita yang sudah sukses menjadi orang terkenal. Bisa juga kisah keseharian kita. Semua itu bisa menjadi bahan tulisan.
Menulis itu asik menulis itu membuat kita mengenal diri kita sendiri dari menulis kita bisa mengenal ide-ide yang ada di depan mata. Cobalah kita melihat sekeling kita. Siapa saja yang ada di depan kita ? Atau kita memang sedang sendirian? Cerita kita sendirian bisa dijadikan bahan tulisan yang mencekam atau menggembirakan.
Apa yang disamapaikan Omjay, benar adanya memang begitulah saya. Luka, salah satu magnet untuk kita menulis. Itulah saya, luka yang saya rasakan merupakan magnet yang menggerakkan tangan saya untuk mengungkapkan perasaan melalui tulisan.
Menulis pada hakekatnya menyampaikan pesan. Kita harus bisa menyampaikan pesan itu kepada pembaca. Buatlah pembaca tertarik di awal alinea. Sehingga pembaca akan melanjutkan ke alinea berikutnya.
Rata-rata guru Indonesia sekarang sudah sarjana S1. Jarang kita temui guru yang belum sarjana saat ini. Kalaupun ada hanya di desa-desa terpencil yang memang membutuhkan guru.
Oleh karena itu, kemampuan menulis guru Indonesia sebenarnya tidak diragukan lagi. Sebab sudah pernah menulis skripsi. Bahkan ada yang sudah menulis tesis dan disertasi.
Dan saya hanyalah seorang guru Bahasa Indonesia yang kuper, minderan dan tingkat percaya dirinya sangat rendah, demam panggung, public speaking sangat lemah, lulusan SI IKIP swasta.
Masa lah kita kurang berlatih menulis setiap hari. Kita belum sempat untuk duduk sebentar membaca tulisan orang lain. Itulah mengapa banyak guru yang belum terampil menulis. Sebab setelah ujian skripsi, kemampuan menulisnya seolah tersembunyi di balik almari perpustakaan.
Tak salah bila Omjay mempunyai mantra ajaib menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.
Mantra Omjay patut dicoba, karena dari mantra inilah banyak lahir penulis hebat, dengan menulis setiap hari kita melatih dan mengasah kemampuan kita, bisa karena biasa. Biasakan dulu menulis lama-lama akan bisa dan terbiasa. Dipaksa, terpaksa dan akhirnya terbiasa.
Pukul 12.20 saat ini. Keinginan saya memang kuat untuk terbiasa menulis. Bermula dari kebiasaan menulis di note Hp, FB yang kebanyakan berupa puisi, puisi pribadi, puisi ungkapan perasaan begitulah yang biasa teman-teman bilang. Yang kemudian bergabung dengan komunitas menulis, bergaul daring dengan para pemulis, yang kebanyakan pemula membuat semakin termotivasi untuk menulis. Sampai detik ini bergabung di kelas menulis 24. Ada beberapa buku antalogi bersama dan satu buku antalogi tunggal terbit selama 1 tahun tepatnya masa pandemik corona ini. Itulah hikmah dari luka dalam kehidupan ini.
Alhamdulilah walaupun masih jauh dari sempurna minimal modal utama saya adalah saya senang dan senang selalu ingin mengikuti kelas menulis.
Palangka Raya, 17 Januari 2022
24.39 WIB
Supeeer sekali
BalasHapusMatursuwun
HapusResume yang baik. singkat padat dan jelas. Serta informatif. Terus semangat dan mencerminkan pikiran penulisnya. Moga jadi buku solo setelah lengkap 20 hingga 30 materi.
BalasHapusmasukan hurufnya jangan terlalu kecil... biar bacanya makin mudah. mksh bos
Terimakasih Pak apresiasinya dan saran.. Insyallah lanjut buku solo
HapusSemangat Bu ....
BalasHapusMatur nuwun Bu
HapusHEEEM HEBAT
BalasHapus