Konsep Buku Nonfiksi
Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 23 dan 24
Pertemuan ke-15
Materi : Konsep Buku Nonfiksi
Narasumber : Musiin, M.Pd
Moderator : Dail Maaruf
Konsep Buku Nonfiksi
Non-fiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan. Wikipedia
Membaca fliyer belajar menulis resume ke-15, teringat saat memberikan materi Bahasa Indonesia kelas X. Ada istilah nonfiksi dan fiksi. Sebelum materi disampaikan sebagian besar anak-anak sudah mengerti dua istilah jenis karya tersebut. Akan tetapi, setiap ada tugas membuat paragraf dengan tema tertentu. Kebanyakan anak-anak memilih bentuk fiksi. Walaupun memiliki alasan, susah konsentrasi, miskin imajinasi, bingung mau omong apa dan lain-lain. Seperti itu halnya, akan lebih sulit jika menulis nonfiksi, takut salah karena harus memberikan data dan argumen.
Mengapa itu terjadi?
Mengerti dan memahami maksud dari sebuah istilah baik fiksi dan nonfiksi serta bisa membedakan dua jenis karya tersebut. Namun, praktiknya akan kesulitan. Dan yang menggelitik, hal seperti itu tidak hanya dialami oleh siswa. Bahkan seorang guru.
Apakah jawabannya? Apakah kurang berlatih, tidak terbiasa, tidak membiasakan, atau cenderung mengerti sampai batas konsep saja, atau kuatir malah takut tulisannya jelek ?Dan pada kenyataannya kemampuan pengetahuan lebih tinggi daripada keterampilan. Baik keterampilan membaca, menulis maupun berbicara.
Bismillahirrahmanirrohim
Membaca ulang materi tentang nonfiksi, dan baru berkesempatan untuk menulis resume. Kecuali, badan masih kurang fit, aktivitas mendampingi belajar daring anak, dan juga juga tugas negara yang harus tetap dilaksanakan dan masih daring seperti saat ini. Jika ditinggalkan, bagaimana mereka belajar menulis dan praktik membuat cerita fiksi ataupun karangan nonfiksi. Jika dibiarkan apa kita juga mengetahui bagaimana tulisan mereka.
Narasumber, Ibu Musiin, M.Pd. sudah persilakan masuk kelas. Beliau adalah alumni kelas menulis. Beliau katanya berangkat dari nol, saat itu belum punya blog. Karya beliau banyak ada juga yang kolabarasi dengan Pak Eko, dan menyelesaikan menulis dalam satu minggu.
Pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kata Prof Rhenaldi Kasali, kalau kita berpikir secara Opportunity Based, kita akan selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan. Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang.
Ternyata terbukti Deretan buku-buku di rak tengah adalah karya alumni gelombang 8 yang berhasil masuk ke penerbit mayor, Penerbit Andi, kelas beliau. Belia telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri sendiri. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensi untuk menulis
Ketakutan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Dalam kelas menulis banyak peningkat imun untuk kita menulis. Seperti halnya yang dialami narasumber. Belajar dari Prof. Eko yang di ibaratkan sebagai seorang Master Chef yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel. Seperti yang disampaikan Prof Eko, menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai
Menurut ibu Musiin, Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian.
Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.
Paparan mativasi narasumber sungguh menyentil rasa malu, kuatir bahkan ketakutan. Semoga bisa menular pada diri ini.
Pertama, alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.
Contoh alasan Ibu Musiin ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:
1. Mewariskan ilmu lewat buku.
2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
4. Karena diri bukan siapa-siapa dan tidak terkenal, biarlah nanti karya kita, buku kita yang dikenal.
Penjelasan beliau, keinginan kuat ternyata mengantarkan ke hukum tarik menarik di alam semesta ini. Hukum Tarik-Menarik dalam rahasia alam ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Kalau kita berpikir untuk menulis buku maka akan lahir buku. Kalau kita berpikir kegagalan, maka yang tersisa hanya kekecewaan.
Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)
Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses}
Contoh: Buku Panduan
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)
Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster.
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni
1. Pratulis
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan
Langkah Pertama
Pratulis
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6. Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat Mind Mapping
9. Menyusun kerangka
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dan lainnnya.
Pilihlah tema yang Bapak Ibu kuasai dan Bapak Ibu cintai.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku
Jika ide itu datang segera ditulis, karena ide itu mudah datang dan juga mudah pergi.
Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet.
Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan
Tahap berikutnya membuat kerangka.
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
Langkah kedua Menulis Draf
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah ketiga
Merevisi Draf
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah
Langkah keempat
Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma
Hambatan-hambatan dalam menulis
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Cara mengatasi
Banyak cara mengatasi hambatan untuk menulis. Solusi itu ada di diri kita sendiri.
1. Banyak membaca
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
3. Disiplin menulis setiap hari.
4. Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak)
Mengintip buku karya Ibu Musiin
1. Digital Brochure Mengasah Kemampuan Menulis dan Jiwa Kewirausahaan Gen Z
2. Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda melalui Literasi (Karya bersama Prof Eko)
3. Selaksa Hikmah dari Tarokan (Karya bersama siswa-siswa)
4. Ukir Prestasi dan Tebar Inspirasi ( Antologi Kisah Guru Lejitkan Potensi Siswa)
5. Cergam Panji Asmarabangun and Dewi Sekartaji
6. Modul Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kelas IX.
7. Menulis Artikel populer di majalah online
Pada tahap pra menulis ada Mind mapping.
Mind mapping adalah membuat peta konsep.
Peta konsep ini semacam kerangka tulisan atau bentuk awal dari tulisan kita. Peta konsep ini berisi ide utama, ide pendukung, sumber data, bentuk data yang kita tampilkan dll. Jadi ini mendorong kita untuk berkreasi mengembangkan ide kita.
Sepertinya masih sedikit ilmu yang bisa terserap, bukan ilmu informasi yang disampaikan narasumber terbatas. Akan tetapi daya serap saya ini memang sudah lemah. Tapi tidak apalah, sesuatu yang besar bisa diraih dari permulaan yang kecil dan sederhana. Dan tidak semua kegagalan, ketidakmampuan, sakit, luka, itu menjadi penghancur hidup. Karena semua itu pernah dialami dan Masyaallah merupakan kekuatan terbesar untuk bangun.
KREN, HBT DAN TERUS SEMANGAT YA, BAGUS RESUMENYA MOGA JADI BUKU....
BalasHapusLengkap banget bunda. Sip tinggal bungkus
BalasHapus