Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Pelatihan Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 23 dan 24
Pertemuaan ke- 13
Materi : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Narasumber : Susanto, S.Pd
Moderator : Muliadi
Proofreading
I. APA ITU PANTUN ?
Pantun merupakan warisan leluhur budaya adiluhung dan ciri khas Bangsa Indonesia. Pantun tradisi budaya asli nusantara. Pantun sarana komunikasi multifungsi, baik formal maupun nonformal. Bahasa yang indah, santun dan bermartabat. Tercipta dari diksi yang kuat dengan penuh makna, berkepribadian dan taat kaidah. Dengan berpantun ikut melestarikan tradisi lisan, media komunikasi sosial yang sarat dengan nilai - nilai yang menjadi panduan moral. Budaya santun dan unggul akan berkembang di nusantara.
Sudah membaca paragraf tersebut, sepertinya sudah sesuai. Tetapi, masih ragu-ragu. Akhirnya dibaca ulang. Ternyata memang masih ada yang kurang. Kurang apa, kurang jelas? Atau kurang referensi. Setelah dikoreksi, ada beberapa kekeliruan antara lain pada kata ‘nilai – nilai' Seharusnya, ‘nilai-nilai’ tidak perlu diberi spasi, setelah dan sebelum tanda penghubung.
Apakah ini termasuk proofreading? Materi malam ini bertajuk proofreading. Hal ini mengingatkan pada pembahasan paragraf tersebut, sebagai pembuka karya ilmiah. Baru belajar menulis, jadi banyak ditemukan kesalahan. Tepat ntuk bekal menulis, perlu menyimak materi yang disampaikan Bapak Susanto. Kali ini ditemani moderator Bapak Muliadi, asal : Tolitoli, Provinisi Sulawesi Tengah. Seorang guru di SMK Negeri 1 Tolitoli. Beliau alumni kelas BM angkatan 19. Moderator membuka acara diawali dengan memetik sebuah ungkapan.
Ada sebuah ungkapan Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya - Albert Einstein
Ungkapan di atas, menyiratkan pentingnya menyusun atau menata kalimat dengan sederhana sehingga mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Unsur kesederhanaan bukan hanya soal struktur kalimat, tetapi bisa jadi karena kesalahan yang tidak disengaja oleh penulisnya, seperti saltik (salah ketik) atau typo. Bukankah kata atau kalimat yang tadinya sederhana, bisa menjadi sulit dipahami karena kurang huruf, atau huruf yang tertukar? dan ini lazim terjadi dalam menulis naskah.
Maka tepatlah jika malam ini, narasumber hebat mengangkat tema 'Proofreading sebelum menerbitkan Tulisan' Materi ini menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang akan menerbitkan tulisan untuk konsumsi publik, apakah itu dalam bentuk artikel di koran, media online, maupun dalam bentuk buku.
Narasumber yang berkompeten dalam bidang tata tulis yaitu Pak D Susanto. Dalam dunia tulis menulis, beliau lebih di kenal dengan nama pak D. Pak D merupakan salah satu penulis yang cukup berpengalaman. Tidak hanya menulis beliau juga dikenal sebagai editor dan kreator konten. Beliau sehari-hari mengabdikan diri sebagai guru sekolah dasar di kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatra Selatan. Pak D Sendiri adalah alumni kelas BM angkatan 15.
Setelah menyajikan contoh kalimat resume dari salah satu peserta, kemudian mengajaknya untuk membaca ulang. Demikian, dilakukan beberapa kali. Dan beliau mengatakan, ‘’Apa yang Bapak Ibu lakukan tadi adalah melakukan proofreading.” Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut.
Kalimat yang narsum kutip:
"Hmm...aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari Pak Mazmo." Kata Cici.
masih bisa diperbaiki:
"Hmm ... aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari Pak Mazmo," kata Cici.
Tanda Elipsis/Titik Tiga (...) dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan, biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Menurut PUEBI tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
Mengapa kata "kata" ditulis dengan huruf kecil? Hal ini berkaitan dengan aturan penulisan "dialog tag". Untuk ini mazmo sangat ekspert dan mungkin sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
Jadi, dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan.
Kita mungkin merasa jika tahapan pembacaan ini sama saja dengan editing yang dilakukan oleh para editor. Namun, sebenarnya keduanya berbeda. Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.
Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.
Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami.
Ia harus dapat mengenali:
1. apakah sebuah kalimat efektif atau tidak
2. susunannya sudah tepat atau belum
3. substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak
Katakanlah seorang proofreader mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut.
Jadi, tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.
Mengapa harus melakukan proofreading?
Proofreading merupakan tahapan penulisan yang sebaiknya tidak kita lewatkan. Terutama jika Anda berniat untuk menerbitkan karya tulis kepada khalayak luas. Pastikan tulisan Anda sudah jadi atau sudah selesai.
Yang sering terjadi ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna.
a. Muncul kehawatiran: nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya.
b. Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki. Guru menulis menggambarkannya dengan proses membuat rumah. Ketika membangun rumah, baru sampai dinding , belum pasang atap, tetapi sudah memoles dengan mengecatnya, memberi ornamen, dan sebagainya. Lalu tidak puas dengan warna cat, ganti lagi, dan seterusnya. Akhirnya, rumah tidak kunjung selesai.
Hal lain, misalnya seorang blogger peserta Kelas Menulis, ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol kirim. Apa yang terjadi?
Yang pertama, alih alih tulisan menjadi lebih baik, malah tulisan "nggak jadi-jadi". Lalu, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, 'kan?
Yang kedua, tulisan di blog masih terdapat kesalahan (ejaan atau struktur kalimat). Meskipun, seiring dengan waktu, kemampuan Anda kesalahan itu akan banyak berkurang. Nyatanya, ketika Bapak dan Ibu berlomba menerbitkan tulisan tulisannya sudah enak dibaca. Oleh karena itu, proofreading penting dilakukan, sebelum tulisan diterbitkan.
Proofreader (meskipun dilakukan oleh penulis) bersifat netral.
Seorang proofreader akan menilai karya penulis secara objektif. Oleh karenanya, proofreader bertindaklah sebagai seorang “pembaca”. Apakah karya tulis kita sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit? Agar objektif, setelah tulisan selesai, endapkan dulu beberapa jam, syukur, beberapa hari. Setelah itu, posisikan diri sebagai "CALON PEMBACA"
Langkah Pertama
Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.
Langkah Kedua
Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
Langkah Ketiga
Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
Yang keempat
1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
3. Konsistensi nama dan ketentuannya
4. Perhatikan judul bab dan penomorannya
Langkah kelima
Hindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata.Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.
Cara mudah melakukan proofreding terutama pada typo. Sebelum menulis pasti kita memiliki tujuan. Lalu ide yang ada dijabarkan menjadi kerangka agar tujuan tadi tercapai. Setelah jadi, tulis saja terus sesuai kerangka yang dibuat. Setelah selesai. diamkan sebentar. Beberapa waktu kemudian, lakukan uji baca (proofreading), posisikan Bapak sebagai calon pembaca. Paham nggak nih dengan tulisan saya? Itu pertanyaan yang ada dalam hati ketika membaca ulang tulisan.
Agar terhindar dari kesalahan ejaan atau tanda baca, gunakan 2 jimat. KBBI dan PUEBI dikuasai PUEBI dengan baik. Sedikit demi sedikit nanti tulisan menjadi benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
1. Memerhatikan beberapa jenis peleburan kata yang awalnya P ketika diberi imbuhan me.
Contoh : pertahatikan
Apakah jadi memerhatikan atau memperhatikan.
2. Dalam menulis, apakah kita harus konsisten dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku atau boleh menomorduakan bahasa yang baku dengan bahasa yang familiar.
Contoh ketika menulis gawai. Orang lebih akrab dengan kata hp.
3. . Jika tidak diikuti konsonan rangkap, sekarang diluluhkan, ya?
me + publikasikab = memublikasikan
me (m) + praktikkan = mempraktikkan
No. 2. Sesuaikan konteks.
Konteks resmi, tentu gunakan kata baku yang disarankan. Nah, dalam keseharian kita, kita sering menyebut telepon seluler atau ponsel dengan kata "Handphone." Kata itu adalah ragam cakap, sehingga bukan istilah resmi, sehingga suka-suka dalam penulisan.
Dengan mengerti apa yang dimaksud dengan proofreading, bahwa proofreading merupakan aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Karena ini adalah tahap paling akhir dari proses penulisan, untuk kita memperbaiki kesalahan ejaan dan tanda baca kecil, kesalahan ketik, masalah pemformatan, dan inkonsistensi. Mudahan tulisan kita akan sederhana dan efektif.
Tetap semangat menulis
terima kasih sudah menuliskan resumenya dengan baik
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih OmJay, maaf masih belum fokus dan tidak bertahan duduk agak lama, masih kurang enak badan
HapusSaya udah komen dan baca tapi kadang terkendala sinyal sering ga nyampe he
BalasHapusResume yg bagus bunda 👍 tetap semangat
Terimakasih Mbak Ovi
HapusRapi... Bagus
BalasHapusTerimakasih Mbak Mei
BalasHapus