Impian Terindah ‘Baiti Jannati’

 

                   Impian Terindah ‘Baiti Jannati’

                                                                 



        “ Izinkan, kupinang Kau dengan Bismillah.”….Bismillahirohmanirrohim…lamunan Putri mengembara, berharap menyambut,seorang pangeran  berkuda putih meminangnya.

         “Kuingin sekali meminangmu” Harapan Putra pun tak kalah melambung, hasrat dan harap bisa halal mengecup kening seorang istri yang didambanya.

          “Kalian mau menikah?”  Dilema antar Putri, Putra dan orang tuanya. Jika menikah mau tinggal di mana? Pekerjaan masih belum tetap. Jangankan membeli rumah, untuk keperluan sehari-hari mungkin tidak akan cukup. Menepis kegalauan, akan tetapi, bisa kost, mengontrak, dan jika beruntung berkempatan untuk mencicil perumahan BTN.                                                                       

           Apapun dilemanya, apapun kekurangan, keterbatasan, ketidakmampuan akan amblas tergilas kuatnya cinta. Tak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang penting bisa menikah dengan kekasih dambaannya.

          “Percayalah ada tawaran rumah, subsidi KPR. Bisa memilih 5 tahun, 10 tahun, atau 15 tahun. Bersyukur orang tua membantu dengan menjual sawah, meminjamkan untuk menutup cicilan KPR.

Alhamdulillah, halal, resmi, berjodoh dengan kekasih idaman dan memiliki rumah. Kata hati Si bujang ’asik, senangnya bisa ngapa-ngapain istri di rumah’ kan sudah menikah’.  Begitupun pemikiran yang lebih dewasa, akan bahagia bisa serumah sebagai pasangan suami istri.                                 ‘Pernikahan  adalah ibadah yang yang panjang’.  Rumah tangga, sakinah, mawadah warohmah.          Dan ‘Rumahku, Surgaku’ atau  ‘Baiti Jannati’ telah ada harapan untuk diarungi, didiami.

                                                                       


                                                                               


         Pagi 09.30 wib, Minggu pagi biasa agenda mingguan bersih-bersih rumah. Setelah beberapa hari agak terbengkelai karena  pekerjaan lain juga menumpuk. Walau setiap hari bersih-bersih rumah tetapi hanya sekedar menyapu lantai. Sembari duduk di ayunan  di teras rumah, menatap bagian atas pintu yang berornamen kaca  dengan tulisan “Baiti Jannati’, teringat kiriman blog Om Jay tentang lomba menulis di blog dengan tema “Rumahku, Surgaku” dalam rangka Milad Pernikahan beliau dengan istrinya Siti Rokayah yang ke-24 [ 8 Maret 2022-8 Maret 1998, berikut linknya https://wijayalabs.com/

 


                                       Bapak Wijaya Kusumah dan istri, Siti Rokayah                                      semoga selalu dalam keadaan sehat lahir dan batin, terhindar dari penyakit hati dan jasmani, bahagia bersama keluarga tercinta,  dan selalu istiqomah menebar kebaikan, ilmu dunia dan akhirat.  Rumah tangga sakinah mawadah wa rahmah

Tulisan ini saya ikutkan lomba, saya persembahkan pada hari istimewa Om Jay guru Bloger Indonesia, bukan sekedar tertarik akan hadiah yang sangat menarik, tetapi belajar menulis setelah mendapatkan materi dari kelas belajar asuhan OmJay, saya suka tantangan, karenanya jadi termotivasi. Dan yang terpenting sebagai perenungan diri akan hakikat pernikahan, rumahku surgaku, bisakah kita meraihnya? Bismillahirahmanirrohim, Insyaallah.                                                    

 





         Itulah gambaran suara hati  seorang putra dan putri. Di kala ikatan belum menghalalkan mereka. Di kala tatapan, senyuman , sentuhan, canda tawa belum bernilai ibadah. Di kala suka duka masih dirasa sendiri. Di kala sakit dan kesedihan melanda, belum indah untuk bersandar satu sama lain. Dan ketika hujan, terik panas, berpeluh keringat kelelahan, berteduh bersama dengan tenang dan damai.

        Namun, apakah hal seperti itu akan tetap berlangsung dalam sebuah rumah tangga? Apakah harapan dan impian akan selalu ada?  Akankah tetap bertahan kekuatan cinta kasih di tengah badai biduk rumah tangga?  Allahualam. Tiada insan yang sempurna. Walaupun nikmat Allah sungguh sempurna.                                                                                                                

           Coba renungkan, flashback, pikirkan siapa yang tidak pernah berada pada situasi, perasaan, harapan dan keiginan seperti itu? Manusiawi hal seperti itu dirasakan, dialami oleh setiap insan yang dirundung cinta dan harapan akan pernikahan.  Tidak pandang lajang, bujang, janda duda, dan ‘yang mau kedua, ketiga, kempat’  kali.  Pandangan awal tentang  ‘Cinta dan Pernikahan itu selalu indah’

          Rumahku Surgaku’ merupakan ungkapan.  Dalam Bahasa Indonesia ungkapan  disebut juga dengan idiom.  Menurut referensi yang dibaca para ahli Bahasa mengartikan ungkapan adalah gabungan kata yang memiliki makna baru. Namun makna dari kata ungkapan tidak dapat diartikan berdasarkan tiap komponennya. Melainkan kata ungkapan biasanya berbentuk kiasan. Biasanya penulisannya dengan cetak miring.

          Seperti hanyal rumahku surgaku, bentuknya  pendek tetapi  memiliki arti yang sangat luas dan mendalam. Ungkapan tersebut menggambarkan suasana rumah tangga yang damai, nyaman, menyenangkan, di mana para penghuninya hidup dengan sakinah, mawaddah wa rahmah. Itulah rumah dambaan setiap keluarga. Rumah tersebut bisa jadi secara fisik sangat sederhana. Akan tetapi, seluruh anggota keluarga yang tinggal di dalamnya merasakan ketenangan dan kebahagiaan. hidup bersama dalam hubungan yang penuh kasih sayang dan kehangatan antarsesama. 

          Konteks Rumahku, Surgaku tidak selalu kondisi rumah yang mewah atau pun megah. Apa yang diperlukan pemilik rumah ada tersedia lengkap. Akan tetapi, bagaimana rumah yang ditinggali dapat membawa keberkahan dan kebahagiaan hingga kemudian mengantarkan penghuninya pada kebaikan dunia dan akhirat.  Setiap insan pasti ingin menggapainya.    

Setiap orang yang berkeluarga tentu ingin rumah sebagai tempat berteduh semua anggota keluarga dari panas dan hujan. Rumah tempat kembali berkumpul anggota keluarga dari tempat kerja, sekolah, atau aktifitas yang lain. Semua anggota keluarga rindu pulang ke rumah yang teduh, nyaman, damai penuh keceriaan penuh kasih sayang seluruh anggotanya. Rumah di mana semua anggotanya saling berbagi cerita, berbagi tugas, beribadah bersama, makan bersama dan hal hal lain yang amat menyenangkan dan amat sangat dirindukan saat jauh darinya.

           Bisakah penghuni rumah merasakan suasana ideal seperti itu. Apakah bisa menciptakan, menjaga suasana rumah yang menyenangkan ’ibarat surga’?  Kata-kata,  cita, harapan yang  baik bisa jadi doa. Setiap kita  berhak untuk bahagia. Kita pun bisa memilih, cara, langkah untuk menggapainya.   Dalam rumah tangga, suami kepala rumah tangga. Kehidupan rumah tangga bagaikan dalam kapal. Kapal itulah rumah fisik kita. Secanggih apapun kapal jika nakhkoda tidak bijak menjalankannya. Dimungkinkan akan lambat, akan rusak sebelum  sampai tujuan. Bahkan bisa kandas dan tenggelam.

        Kerusakan dan tenggelam bisa karena kurang cakapnya nakhkoda, tidak saling kordinasi antar ABK, masa bodoh tidak ada rasa kepemilikan, dan abai, tidak merawat maupun menjaganya. Selain itu, bisa jadi faktor luar, seperti angin, sandungan, ataupun badai.                                                                                                                                                                    Pada era milleneal ini, ‘zaman now’, penggunaan teknologi canggih telah mempengaruhi hubungan antaranggota keluarga. Teknologi informasi yang canggih, media sosial yang membanjiri kita, sedangkan kita tidak pandai- pandai menggunakan, memilah dan memilih, menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, yang halal ataupun yang haram. Hal itu akan dapat menjerumuskan kita dan anggota keluarga kepada kehancuran.

         Sebuah hadist, Rosululloh bersabda, Khairukum khairukum li nisaihim, wa ana khairukum liahlii, sebaik-baik kamu adalah yang terbaik kepada istrinya dan aku merupakan yang terbaik kepada keluargaku.  Begitulah peran suami, sebagai kepala rumah tangga.

        Baiti Jannati atau "Rumahku, Surgaku". Bagi pasangan suami dan istri yang beragama Islam, ungkapan ini mempunyai makna yang mendalam.  Baiti Jannati secara umum mengarah pada kondisi rumah tangga yang harmonis, penuh kasih sayang, menyenangkan, dan damai. Tentu saja, keadaan rumah tangga yang demikian menjadi dambaan setiap pasangan suami dan istri. Setiap pasangan suami dan istri juga dianjurkan untuk membangun rumah tangga dengan akhlak mulia menuju keluarga sakinah (tentram), mawaddah (cinta), dan rahmah (sayang).

Firman Allah:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir” [QS. Ar Rum 31: 21]

                                                                       



            Baiti Jannati  merupakan surga di dunia yang hadir dalam sebuah rumah. Namun, hal yang didambakan setiap pasangan suami dan istri ini tidak bisa terwujud dengan sendirinya. Untuk itu, perlu usaha antara suami dan istri serta seluruh anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut.                 Baiti Jannati siapa saja bisa meraih tetapi bisa juga gagal.                                                                        Apakah Baiti Jannati  hanya milik ustadz, orang kaya, orang pintar, dewasa?  Jawabannya “tidak” setiap insan pasti mengharapkannya.

          Manusia dianugerahi akal dan pikiran, sifat kasih sayang. Ujian hidup pasti ada, dari hal yang sepele dan besar sekalipun bisa menjadi penyebab kerusakan rumah tangga. Sesuatu yang di dalam rumah tangga itu semua ujian bagaimana kita menyikapinya. Contoh, Seorang istri memasak kebanyakan garam tanpa sengaja bisa menjadi percekcokan. Apalagi jika di rumah, garam saja habis dan belum  bisa beli. Itulah hal sepele. Kesalah pahaman, atau bahkan ‘penghianatan’ kesengajaan, perbedaan pandangan, bisa jadi keretakan dan mengganggu keharmonisan keluarga. ‘Kisah layangan nyangkut’  ataupun ‘ layangan putus’ salah satu prahara rumah tangga.                                                                                                                                                            Hal itu terjadi karena kurang bijak dalam ‘menfungsikan rumah’  rumah yang bisa diharapkan sebagai ‘surga’ sebaliknya, ‘ ibarat neraka’ yang dirasakan, dialaminya.

 “Jika usia pernikahan masih dalam rentang waktu 5 tahun, masih belum stabil, mudah goncang. Jadi hati-hati, harus sabar” pesan Budhe kepada saya saat kami  minta doa restu akan menikah.

         Bagaimana mewujudkan Baiti Jannati?                

Salah satu cara mewujudkan Baiti Jannati adalah dengan mengikuti anjuran Rasulullah SAW, dalam sabdanya,

“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah” (HR. Muslim).

Berdasar hadist tersebut kita bisa memahami, berusaha berikhtiar demi keselamatan rumahku, surgaku, seperti berikut,

1.       Kita dianjurkan untuk sering membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk mewujudkan "Rumahku, Surgaku" dalam kehidupan rumah tangga.

2.       Rumah jangan sebagai tempat maksiat yang berisi banyak keburukan bagi penghuninya.

3.       Tunaikanlah ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT agar tempat tinggal kita senantiasa dilindungi oleh-Nya sehingga orang yang tinggal di dalamnya pun menuai keberkahan.

4.        Menjaga Kebersihan dan Kesucian dalam Rumah.                                                                  Kebersihan dalam Islam memiliki kedudukan tinggi, begitu pun dengan kebersihan rumah sehingga termasuk hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap keluarga.

Rasulullah SAW bersabda , “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Bersih mencintai kebersihan, Mulia menyenangi kemuliaan, Dermawan menyenangi kedermawanan. Bersihkanlah pekarangan kalian, jangan menyerupai orangorang yahudi.” (Hadits Hasan, riwayat lmam Tirmidzi).                            

Jadi, sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan. Karena dengan diri dan lingkungan yang bersih akan suci sehingga lebih khusuk  untuk beribadah kepada Allah SWT. Misalnya, dengan rajin merapikan dan membersihkan seluruh bagian rumah. Mulai dari ruang tamu, dapur, kamar, kamar mandi, terutama wc, halaman sekitar rumah.

Selain kebersihan rumah, para penghuni rumah juga selalu dalam keadaan bersih. Membiasakan diri merawat diri dan tempat tinggal merupakan tanggung jawab setiap pribadi. Biasakan berfudhu, dengan menjaga wudhu  kita akan selalu dalam keadaan bersih bersuci, Insyallah akan terhindar dari penyakit dan pelindung bala, Insyaallah.

                                                                     



Semoga tulisan ini bisa berguna terutama, untuk diri saya sebagai instrospeksi diri, pembaca blog saya nantinya.  Mudah-mudahan Baiti Jannati/ Rumahku, Surgaku ada pada rumah tangga Bapak Wijaya Kusumah dan Iu Siti Rokayah. Juga Rumah tangga kita. Insyaallah.

 

 

 

 

 

Komentar

  1. alhamdulillah, dapat aja foto-foto omjay hehehe. Rumahku adalah surgaku, semoga ada dalam rumah-rumah keluarga yang sakinah dan mawaddah.

    BalasHapus
  2. Dapat OmJay, saking banyaknya... Jadi bingung mau pilih yg mana fotonya. Mau cari yg lucu2 sekilas nemu.. Ilang lagi..
    Aamiin... Mudahan kita semua bisa meraihnya.. Rumahku Surgaku.
    Belajar nulis dari siang karna mandeg2 malam baru selesai... Pagi ni baru dipost hee
    Terimakasih Om Jay antas kesempatan ikut nulis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ukiran Indah MICHIKO DENIM

Insecure Guru dan Siswa Teratasi dengan Self H dalam menulis