Jejak Romantika

                                                                       Buku Solo

 
 

 

Tantangan hari ke-5 Menulis 30 hari

        Siang itu saat jam istirahat siang kuisi untuk mengoreksi tugas siswa. Sembari sesekali ngobrol di ruang guru. Terdengar nada dering Whatsapp pelan  dari HP yang tersimpan di saku seragam. Ketika mau diangkat tiba-tiba terputus. Nomor tidak dikenal, kemungkinan 

salah sambung. Azan dhuhur terdengar dari masjid At Taqwa, masjid yang posisinya di tengah madrasah. Masjid yang tidak terlalu besar, sehingga  sholat berjamaah bisa dilaksanakan dia tiga tahap. Hal itu untuk bergantian karena jika semua siswa dan guru bersamaan sholat takkan tertampung semua. Itulah salah satu doa dan harapan madrasah kami, dapat memiliki masjid yang dapat menampung siswa  dan guru. 
        Kembali berdering panggilan WA. Kali ini langsung kuangkat... Wa'alaikumussalam, Iya betul" "Maaf ibu, saya dari kantor Pengadilan Agama, mau mengantar surat" 
Istilah pengadilan agama, sudah tentu masalah hukum. Bagi orang awam mengarah pada keadilan, tindak pidana, kriminal dan sebagainya. Perempuan penelepon itu terlebih dulu memperkenalkan dan meminta izin jika akan mengantar surat. Perempuan itu juga menawarkan mau diserahkan  di madrasah atau di rumah saja. "Baiklah ibu, saya tunggu di depan madrasah "
        Perasaan gelisah ada rasa kekuatiran muncul. Sambil duduk  di ruang guru seolah mengoreksi pekerjaan siswa, rasa dan pikiran ini sudah taidak karuan, kutunggu beberapa menit sekiranya ibu pengantar surat sampai di depan madrasah.  Pukul menunjukan 12.15 menuju depan madrasah, ada beberapa siswa di lobi. Bersyukur janjian dengan ibi pengantar surat di depan madrasah saja, di luar pagar sekolah. Biarlah mengalah jalan ke luar pagar daripada ibu itu masuk madrasah yang pasti melewati pos penjagaan dan meja piket guru di lobi. Tentunya hati tidak  ingin ada yang tahu hal ini, atau ada tanda tanya teman-teman akan kehadatangan tamu dari pengadilan. 
        Seorang ibu berdiri di samping motornya sudah menunggu di luar pagar. "Maaf ya Bu, sudah lama menunggu?"  "Maaf ya Bu, kita di luar saja," Perempuan itu pun menjawab, "Tidak apa-apa mbak, paham saja saya, sebentar saja kok" sambil sesekali  memandangiku, seolah ada yang ingin ditemukan dari diri ini. Ibu itu mengeluarkan surat dari tasnya dan menyodorkan kepadaku sambil menyuruh tandatangan dan nama terang penerima surat. "Mbak, jika perlu bantuan, atau penjelasan hubungi saya", sambil menunjukan catatan di belakang amplop, nama dan nomor wa beliau. Kuterima surat dan kumasukan di saku seragam hari Senin yang kukenakan. "Baiklah mbak terimakasih"
Kubuka surat dengan rasa tidak karuan, rasa kantuk yang tadi dirasakan hilang seketika. "Tergugat dan Penggugat". Kata yang masih asing namun saat itu kusandang. Ya Allah, tenangkan hati ini. Bukankah situasi seperti ini sudah bisa diduga. Bukankah rasa tak menentu sudah biasa dirasa. Bukankah rasa kecewa sudah lama dirasakan. Jadi harus bagaimana, apa yang harus dilakukan, mengadu, meminta pertimbngan atau nasihat siapa? Bukankah cerita ini tak ingin orang lain mengetahui, apalagi keluarga.
Tutup rapat cerita ini. Sampai kapan, kuatkah diri ini. Biarlah hanya diri yang merasa dan menjalaninya.
Siang itu, jika tidak ingat harus menjemput jagoan pulang sekolah, rasanya enggan diri beranjak dari ruang itu dan pulang. Bermacam suara hati dan pikiran berkecamuk. Lebih baik  merenung dan berdiam diri sejenak ataupun mengisi waktu dengan mengoreksi atau apa sembari menunggu absen pulang.
        Terkadang diri merasa kurang percaya diri. Sebagai wanita yang tidak sempurna. Tiada prestasi dalam pekerjaan. Namun, di sisi lain merasa bersyukur atas nikmat karunia Allah, walaupun persoalan mendera, akan tetapi hati tidak merasa sendiri dan berkeyakinan bisa melewatinya. Biarpun persoalan rumah tangga bagai bom waktu. Berusaha untuk selalu tenang, memaafkaan hal-hal yang mengganggu hak dan ketentraman. Berusaha untuk menempatkan diri, kapan diri sebagai istri dan ibu, begitupula sebagai seorang guru. Seorang istri yang merupakan hak suami, patuh dan taat padanya. Ibu, yang merupakan madrasah utama bagi anak-anaknya. Seorang guru yang layak digugu dan ditiru.
 
 Menurut pandangan Islam, prestasi kerja seseorang tidak hanya seputar pada masalah pekerjaan, belajar, dan berkreativitas. Tetapi, juga ada nilai ibadahnya. Kemana manusia, kehidupan akan berakhir di mana,  akan kembali sebenarnya dengan bekal hasil kerja ibadahnya, sesuai dengan amal ibadah di dunia.  Di dalam surah Al-Jumu’ah ayat 10, Allah SWT memerintahkan hambanya untuk mencari, berusaha, dan berbuat sekuat tenaga untuk kepentingan diri khususnya dan kepentingan golongan pada umumnya. Keseimbangan ini akan menghasilkan prestasi kerja yang baik untuk dunia dan akhirat. 

"Mbak sampaikan dengan keluarga, mintalah pendapat atau saran mengenai masalah Yang mbak hadapi. Andai mbak tidak mendatangi undangan pengadilan tersebut secara tidak langsung mbak menyetujui gugatan itu. "Apa Mbak sudah siap? Mbak tidak usah kuatir, sampaikan saja yang mbak harapkan. Tidak Serta merta tuntutan itu diterima"
         Suara perempuan di telpon itu meyakinkan. Ibu Diyah, bekerja di kantor pengadilan agama di kotaku, yang kemarin mengantar surat undangan PA. 
Kutatap status namaku pada surat itu. Nama suamiku dan perempuan itu. 
" Mas, inikah yang kalian harap selama ini? Apa kah ini bentuk tanggungjawabmu padanya. Kalian perjuangkan perasaan, cita, cinta dan harapan. Tapi, mengertikah kalian akan perasaan seorang istri?" 
         Hari pertama, pengalaman pertama mendatangi kantor PA. Asing, canggung dan gugup. Nama suami dipanggil, kemudian namaku. Sebuah ruangan yang tidak terlalu luas. Seperti inikah ruang sidang, kami suami istri duduk berdampingan, menghadap 4 orang, ketua hakim, wakil ketua, jaksa dan panetra.
Pembacaan dan pertanyaan yang terkait dari permohonan  penggugat yaitu suami dan saya, tergugat. Tak ada yang dipungkiri, dan sudah cukup dimengerti. Sekitar 15  menit kami dipersilakan keluar. Untuk menuju ke ruang mediasi. Itulah langkah awal, pengalaman pertama dalam persidangan.
         Karena dalam tahap mediasi, penggugat yaitu suami bersikukuh. Bismillah, sebagai seorang tergugat, seorang istri, seorang wanita dan bahkan warga negara yang taat hukum, saya ikuti tahapan persidangan. Yakin akan suara hati, dan jalan yang benar, Insyallah dirodhoi. Mencoba penuhi tanggung jawab dan  mempertahankan hak sebagai seorang istri.
Saya tempatkan diri sebagai seorang guru, abdi negara, seorang muslimah yang takingin mengingkari firman Allah dan sunah Rosul. Tak ada pilihan, kecuali  memenuhi gugatan suami, ikuti keinginan suami. Hal yang menyakitkan dan pantangan bagi sebagian wanita. Tak ada seorang perempuan pun menginginkan hal seperti ini terjadi. 
         Sebuah perjuangan, dua insan yang dimabuk perasaan, untuk terikat dalam sebuah pernikahan. "Yah, perjuangan suami dan calon istri, yang selama beberapa tahun membina hubungan yang oleh kebanyakan orang dikecam negatif. Suatu kewajaran, jika pasangan ingin meraih impian bersama. Akan tetapi, wajar juga jika pandangan sebagian manusia negatif, perselingkuhan, affair, ketidaksetiaan atau apa saja yang sebenarnya suami dan calon istri itu terima. Itulah sebuah konsekuensi dari sikap, pola pikir dan perbuatan  dalam kehidupan bersosial.
         Berdalih, sebuah ibadah, tidak dilarang agama dan 'hak laki-laki,hak suami". 
Betul, sebuah ibadah terpanjang, sebuah rumah tangga itu, ikatan pernikahan itu. Dan diri ini pun tak mengingkari itu. Baiklah, hati inipun mencoba untuk ikhlas, belajar menerima, berusaha berbagi. Dan ingat, yakinkan diri bahwa ini ibadah. Kita pelaku, kitapun yang bertanggung jawab, kita harus terima konsekuensinya.
         Beberapa tahap persidangan telah dilewati. Banyak cerita berbalut rasa. Yang semua memberikan pelajaran untuk empati dan mengerti perasaan orang lain. Sampai akhirnya tahap pembacaan hasil.
Persidangan mengabulkan tuntutan pengguggat. Itu berarti secara hukum, suami boleh menikah lagi dan saya telah mengizinkan. 
Apa ini harapan kami? Takkan bisa dijawab dengan sejujur-jujurnya. Tetapi, inilah kenyataan suami telah mengantongi surat keputusan itu. Jangan bicara tentang perasaan ini. 
Apakah sakit hati, bahagia, ikhlas, kecewa, sedih? Setidaknya itu yang menjadi tandatanya yang mengetahui cerita ini.
         Hidup bersama berdampingan dengan impian mereka tidaklah mulus. Tidak banyak yang tahu jika cerita kami sudah sampai titik ini. Ketika, seorang teman mendengar dan mempertanyakan kebenaran ini, kumerasakan getar suara, gemuruh dada sambil memegang tangan dan mendekapku. 
Lemah, pertahanan rasa yang aku pendam, ketika dicerca pertanyaan masalah yang kuhadapi. Pasti takkan pernah ada kalimat yang terungkap. Hanyalah senyum, anggukan kepala  diiringi tetesan bening yang takmampu kubendung. 
"Kenapa, kenapa tak bercerita, ku akan menemani di persidangan, setidaknya saran atau apalah" "Sudahkah keluarga ibu tahu?" ungkapan dan pertanyaan teman membuatku merasa tidak sendiri.
"Tidak ada yang tahu" dengan teman dekat saja tidak bisa terungkap, apalagi keluarga, aku taksanggup bicara, melihat dan menerima respon mereka," batinku.
         Akhir tahun 2018 hubungan kami benar teruji. "Dia minta aku pilih salah satu, kamu atau dia" kata suami.
Jika, kini ada dilema, untuk apa sampai persidangan? Dari awal sudah tahu kami suami istri, rumah tangga seperti halnya yang lain, baik-baik saja. Mengapa tetap bertahan dalam hubungan itu. Bukankah yakin jika ada istilah "poligami". Dan akupun sudah berusaha untuk mengerti dan memahaminya, dengan segala kemampuan pikir dan rasa. Tetapi setelah itu semua, mengapa harus dikhianati. 
Kepasrahanku, apapun itu karena Allah. 
        Sekuat apapun kuberdiam. Berita pernikahan suami yang tinggal 3 hari terdengar teman kerja. Walau hati sudah agak lega karena lima hari sebelum pernikahan itu ku beranikan menyampaikan kepada kedua kakak laki-lakiku. Itupun melalui pesan WA. Sungguh tak kuasa jika harus, berhadapan dengan mereka. Selama ini tersimpan rapat proses  perjuangan cerita ini. Semua itu agar keluarga tidak ikut memikirkan. 
         "MasyaAllah.... Allahu akbar.... Apa hatimu mantap, De,"  berat, singkat jawab respon kakak.  Kaget pasti, tidak menyangka, merasa bersalah? Ntahlah apa yang mereka pikirkan tentang adiknya, yang pasti mereka sangat menyayanginya. Dan yang pasti mereka juga belum siap menceritakan pada kakak perempuan dan Ibu. 
         Saat itu Jumat pagi, badan terasa lemas, ntah mengapa ada ketakutan untuk hari nanti. Seolah tidak ada lagi harapan, seakan tak ada lagi kebahagiaan sejati. Andai ada canda dan tawa pun nanti itu pasti sesaat dan palsu. Astagfirullah.. Pikiran apa ini, tak boleh pikiran dan penyakit hati ini dibiarkan. Kuambil air wudhu, waktunya, sholat dhuha, kumohon ku curahkan segenap rasa dan pikiran ini padaNya. Deras mengalir air mata ini. Ku menangis, terdengar tersedu tangisan, bersyukur sendiri di rumah. Terdengar notifikasi gawai, kubuka, bebera chat masuk belum terbaca. Beberapa teman kantor. 
Pertanyaan, empati, penasaran, sindiran bermunculan. Undangan pernikahan suami sudah tersebar. Keluarganya sudah persiapkan, tentunya mereka bahagia. 
          Hari pernikahan sudah tiba. Suami canggung, minta izin untuk ke rumah calon istrinya yang beberapa menit lagi akan sah menjadi istrinya. Entah apa yang dirasakannya, tak kutemukan sinyal yang menyatakan hari ini hari yang paling membahagiakannya. Banyak cerita tidak bisa terungkap. Jelang pernikahan ada godaan untuk mereka. Empati kah saya? 
Ntahlah. Sebagai manusia biasa sebagai istri tak ingin nama baik suami terlalu kotor, walau seberapa dalam rasa kecewa pernah dirasa. Masih punya hati nurani, tak tega mereka menanggung malu. 
Alhamdulillah  jam 8  pagi proses akad nikah mereka dilaksanakan, dilanjut resepsi.
Sebuah kenangan, tulisan, menjadi healing diri saat itu. Saksi diri bisa melewati semua ini. 

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM, KEMBALIKAN KEPANGKUANMU

Merpati  terbang
Tak kan pernah lupa jalan pulang

      Di kala harus memilih sekuntum mawar
      Harum indah mempesona itu kan berbinar
      Tapi ingatlah ada duri di batangnya
      Yang ntah kapan pun menggores   luka

Di saat senyum, telah mengintip tangisan
Di kala derita ada bahagia menanti
Ketika mimpi berubah harapan
Jangan lupa ujian kan mendahului

      Tersenyumlah, tertawalah selagi bisa
      Menangislah, menjeritlah selagi mampu
      Yakinlah setiap helaan nafas lafadz doa
                 Jadikanlah sabar tak berhenti pada tepian

Palangka Raya, 13012019
MenikDA


      Tak ada yang tahu apa yang kurasakan. Siang itu pun langkah ringan ini menuju acara keluarga yaitu undangan sepupu aqikah anaknya. Datang siang dengan harapan  takkan bertemu dengan kakak dan ibu. Tak sanggup jika harus menerima tatapan atau pertanyaan mereka yang ada kaitannya dengan suami. Sebuah foto di pelaminan mereka dikirim seseorang. Antara percaya dan tidak, tapi inilah kenyataannya. Sebagai wanita biasa, ada rasa cemburu menjalar, menyesakkan dada, badanpun seperti demam. 
        Awal pernikahan mereka  pasti bahagia. Di sisi lain kubenamkan harapan ini padaNya, kumohon kasihNya. Self healing tulisan curahan perasaan. Penguat hati adalah jagoanku. Saksi kapan mamanya tiba-tiba bisa marah, tersenyum, tertawa, menangis, dan terkuat. 
      Tahun 2019, babak baru kehidupan berumah tangga. Banyak hikmah yang terkadang kita lalai menyadari. Sebuah pembelajaran hidup yang bermakna, bagaimana diri harus bisa menjaga hati, agar penyakit hati tidak menggerogoti. Yakinkan diri jika  sudah tercatat skenario Allah tentang hidup ini. Muhasabah diri, tidaklah mudah untuk selalu ikhlas dan berbagi, untuk itu sandarkan dan mohonkan penjagaan hati dan langkah pada yang Maha Rohman. 
Bersyukur healing menulis diikuti. Dimulai dengan bergabung dengan Perruas yakni Perkumpulan Rumah Seni Asnur, Puspita Publishing dan komunitas sastra yang lain Beberapa even diikuti, dari puisi guru, puisi siswa dan guru, sampai pantun maupun cerita. Beberapa buku antalogi mulai menghiasi rak buku di rumah. Ada perasaan bahagia juga bangga dirasakan. 
         Aktivitas online karena dampak pandemik Covid 19 pun dilalui yang tidak dipungkiri menambah warna kehidupan yang dialami. 
Pemberian kepercayaan dari Perruas untuk menjadi admin, kordinator even, pendamping makin memperluas dan mengembangkan kehidupan menulis. Berkumpul, bertukar informasi, belajar bersama dengan penulis se Indonesia dan negeri tetangga dalam komunitas sastra menjadi wadah yang menyenangkan dan menghibur. 
          Teriring romantika kehidupan berumah tangga berpoligami, menjadikan diri lebih peka dengan apa yang dirasakan orang lain. Berteman canda tawa tangis dua jagoan yang Allah amanahkan dalam pengasuhan,  menghiasi menghibur kehidupan yang terkadang muncul rasa hampa, hambar dan sepi menggoda. 
Walaupun rasa cemburu, iri sesaat memuncak, dalam ujianNya. Kehadiran jagoan dalam rumah tangga baru suami. Akan tetapi, Allah sungguhlah sayang akan hambanya yang mau bersabar. Engkau curahkan kasih sayang. 
Hingga hati terhindar dari iri dengki. Bahkan Engkau penuhi kasih dalam dada ini. Kau alirkan kesejukan pada pikir dan kalbu ini. Ya Allah sungguh indah jika penerimaan akan takdir dan ketentuan dariMu hamba syukuri. 
           Ketenangan, prestasi minimal tetap selalu disyukuri. Ada rasa, kisah tertuang dalam goresan pena. Tersimpan indah dalam bentuk karya buku baik Antalogi bersama dan solo. Ada 30 Antalogi bersama dan 4 buku solo. Pelatihan  dengan kelas menulis dari media guru dan PGRI terasa kian menambah kuantitas dan kualitas karya. 
Kelas menulis PGRI, menjadikan kita kaya rasa, pikir dan kepercayaan diri pun meningkat. 
Bergabung kelas menulis PGRI menjadikan ketajaman berliterasi. 
           Atas bekal dan kepercayaan diri mempublikasikan tulisan, berdampak pada pelatihan yang lain. Pada akhir 2021 mengikuti pelatihan "Desain Pembelajaran Abad 21(CLD21) yang diselenggarakan Kementrian Agama RI melalui GTK Madrasah bekerjasama dgn ORBIT dan Microsoft Internasional. 
Bersyukur mempunyai kesempatan untuk ikut Pelatihan,  pendidikan selama 4 bulan yang langsung dipimpin oleh TIM ORBIT dan Microsoft Internasional. Pelatihan diikuti perwakilan guru, ada juga kepala sekolah dari beberapa propinsi. Pelatihan terdiri atas beberapa kelas. Pelatihan dilaksanakan secara daring pukul 13.00-14.00, satu minggu 3 kali pertemuan 
Alhamdulillah dapat diikuti dengan lancar. 
Begitu pula ujian final pelatihan yang menjadi syarat kelulusan dan memperoleh MCE ( Mircrosoft Certified Educator) dan berhak menyandang gelar tersebut. Ujian dilaksanakan selama satu jam dipantau langsung oleh ORBIT dan Microsoft. Yang mana soal menurut saya sulit, harus jeli dan harus cepat. Model soal yang masih baru bagi saya dan diperlukan jaringan internet juga harus benar-benar bagus. Dalam ujian ini tidak terbayang dapat lulus melihat kemampuan diri, dengan syarat nilai minimal 70.
Alhamdulillah Allah  memberi kemudahan dalam proses pelatihan dan ujianpun dapat lulus. Saya merasa ini rezeki dari Allah juga suport dari teman satu tim, kepala madrasah dan teman- teman yang lainnya. 
Bagi saya lulus merupakan rezeki sekaligus ujian, yang mana tantangan untuk selalu belajar walau usia sudah melewati kepala empat dan mendekati 50 tahun. 
Mudahan bisa menerapkan ilmu dan berkah, Aamiin ya Robbal Alaminn. 
 
 Alhamdulillah 

 1. Buku Solo

    Kumpulan puisi Senandung Rindu Bianglala, penerbit Perruas tahun 2021                                  Kumpulan pantun Renjana Kalbu Untaian Makna, penerbit Perruas tahun 2022                                          Cerita Anak Kisah Kembar Penyang, Seluang dan Tiwadak yang Malang, penerbit EGAN'S FAMILY 2022                                                                                                                                                               Si Kembar dan Anak Orang Utan yang merupakan bacaan anak berbahasa daerah Dayak Balai Bahasa, 2022

2. Buku Antalogi bersama

 Antalogi Puisi 1000 Guru se ASEAN, penerbit Perrruas 2018                                                                    Pantun Nasihat 1000 Guru se ASEAN, penerbit Perruas 2019                                                                  Pantun Mutiara Budaya Indonesia, penerbit Perruas 2020                                                                        Kisah di Balik Pantun Mutiara Indonesia, penerbit Perruas 2020                                                            Antalogi Pantun Persahabatan, penerbit Perruas 2021                                                                             Antalogi Puisi Jalan Bersama, penerbit Perruas 2021                                                                              Antalogi Esai dan Cerpen Di Bawah Payung Kreasi, penerbit Perrruas 2021                                                                                                                                                   Antalogi Pantun Nasihat Khasanah Lama , penerbit Karya Puspita Publishing 2022                        Antalogi Derai Air Mata jilid 1 dan 2, penerbit Karya Puspita Publishing 2022                                 Menakar Rindu Penerbit Puspita Publishing,  2022                                                                                  Antalogi 1000 PUSPENNAS ,                                                                                                           Antalogi Cakrawala Nusantara dalam Goresan Pena PGBI, tahun 2021                                             Antalogi Cerita Rakyat Kalteng daro K Media, 2021                                                                           Antalogi Cerpen dan Pusi  Ketika Pena Bertukar Kata, Penerbit Safana Media Loka, 2021                Coretan Secercah Asa penerbit Gapura Biru, 2021                                                                            Antalogi Puisi Ketika Sakjak Berdenting, penerbit Era Media, 2022                                                     Setetes Tinta Fatamorgana penerbit Salam Solution,  2022                                                                  Antalogi Self Healing dalam Menulis, PMA BM PGRI, 2022                                                                     Antalogi Jejak Guru Hebat Millenial, PMA MB, 2022 PGRI                                                                                                                                                     Antalogi Melejitnya Potensi Menulis,  PMA BM PGRI, 2022                                                                                                                                                 Pusparagam Mimpi, Antalogi Puisi Guru GSMBN Nasional, penerbit Nyalanesia.2021


          


         
         
 
          






         


         
         
                




Komentar

  1. Heem susah ditandingi.. Karya Ibu Menik

    BalasHapus
  2. Buu jejeran buku nya bikin iri.. Tulisan nya juga cerdas.. Cakep pokok nya bu

    https://yandrinovitasari.blogspot.com/2022/06/dibalik-temu-part-5.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matursuwun, ya saya ampiri ya mbak Yandri

      Hapus
  3. Wah..ternyata ada teman satu komunitas peruas, jangan - jankita pernah jumpa ya waktu peluncuran menulis puisi Guru ASEAN di TMII ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, ya Mbak Ratna ...sampai sekarang msh di perruas nih.. Sy gak ikut peluncuran di TMII.. Desember 2021 sj di TIM

      Hapus
    2. Wah klo datang ke TMII pasti ketemu aku mbk Menik, aku koordinator Padus. Aku juga masih aktif, sekarang lagi ikut Gurindam

      Hapus
  4. Semoga bisa membangun masjid yang bisa menampung siswa ,guru dan masarakat sekitar nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ukiran Indah MICHIKO DENIM

Menulis Buku? Ayo Dipasarkan dan Menambah Pemasukan

Self Remember