Menulis Buku Mayor dalam Dua Minggu, Siapa Takut? Siapa Mau?

 


Pertemuan ke -7

31 Januari 2022

RESUME 7  Menulis Buku Mayor dalam Dua Minggu

                     Siapa Takut?  Siapa Mau?


"Isi kertasmu dengan napas hatimu." - William Wordsworth

Lembaran kosong yang dahulu tiada bekas, kini sudah mulai tersenyum. Mengikat hati untuk mengurai rasa dalam guratan tinta walau masih belum bermakna. Romantika hidup yang tak pernah redup. Menari ditemani dua jagoan, walau terkadang mengusik gerakan yang kurang berirama. Dan malam ini tarian dan gerakan berona. Suara hati, nyanyian malam mengusik  untuk mulai berbicara.

             Apa itu penerbit Mayor? Kata yang pernah terdengar tetapi  belum menjadi daya tarik. Itulah, saya beberapa bulan yang lalu. Jangankan membayangkan buku tembus ke penerbit Mayor, tertarik menulis saja masih harus perlu rangsangan. Setelah beberapa buku antalogi dan 1 buku tunggal sudah dimiliki baru mulai bergairah untuk menulis. Dan kini gairah kian meningkat setelah 7 kali pertemuan di kelas menulis PGRI pimpinan OmJay. Motivasi, kisah-kisah inspiratif selalu ditawarkan pada kelas ini baik dari OmJAY maupun narasumber, moderator yang semua penulis hebat, yang dimulai dari bawah.  

               Pertemuan ke -7 hari ini tanggal 31 Januari 2022 , materi  Menulis Buku Mayor dalam  Dua Minggu, dengan narasumber Prof. Richardus Eko Indrajit dan moderator Ibu Aam Nurhasanah.  Pernyataan magnet dari moderator “Tidak lama lagi kita akan bertemu narasumber hebat, yang akan membawa peserta menembus penerbit mayor. Kita akan mendapat royalti dan buku kita di pajang di rak-rak Gramedia.”  Sungguh kalimat pembuka yang bermagnet. Peserta? Menembus penerbit Mayor?  Kata-kata optimis, kata-kata adalah doa, kami Aamiin,  ibu Aam.

                Duet Top, seperti prestasi ibu Aam berkolaborasi dengan Prof Eko. Benar, Prof. Eko tokoh penulis buku Mayor. Jika pernyataan moderatornya saja sudah berkekuatan, apalagi narasumber Prof Richardus Eko Indrajit, singkat, padat, ‘bertantangan’ yang menjadikan jiwa berkorbar.  Bismillah “Modal nekat” itulah saya mengisi list keikutsertaan program menulis Pebruari Romantis. Mudahan dengan kenekatan membawa berkah.

                Walau sudah menyiapkan pertanyaan dan tidak disebut dan dijawab secara langsung, tetapi jawaban pertanyaan teman sudah mewakili dari pertanyaan saya dan tentunya peserta yang lain. Hal ini dikarenakan  keterbatasan waktu berbenturan dengan kegiatan PGRI Narasumber.

               Prof Eko  menceritakan pengalaman mulai senang menulis itu semenjak tahun 1999, ketika  usia  30 tahun. Yang membuat beliau menjadi seorang penulis adalah sejumlah mahasiswa beliau yang mendesak agar beliau  menuliskan hal-hal baru pasca kerusuhan Mei 1998, karena  mereka tidak lagi sanggup membeli buku-buku terbitan luar negeri yang mahal harganya (ingat ketika itu nilai dolar melambung tinggi tak terkendali.)

             Ide menulis? Ini hal awal yang perlu dilatih dibiasakan, terkadang dicari-cari  karena kita tidak peka terutama saya  dengan apa yang ada di sekitar kita atau kita abai dan melupakan begitu saja hal yang sebenarnya berkesan dalam hidup kita.  Padahal, menurut penulis, beberapa narasumber ide itu sebenarnya ada di sekitar kita. Dan hal yang paling mudah mengembangkan ide itu jika ide dekat dengan kita, berkaitan dengan apa yang kita alami.  Prof Eko bercerita jika saat ide menulisnya muncul belum ada internet seperti sekarang. Yang beliau lakukan adalah pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku bahasa Inggris yang berisi ilmu mengenai IT, dan membacanya.

Prof Eko menyampaikan jika menemukan satu gambar yang menarik, selanjutnya diringkas isinya, dan disampaikan dalam Bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Setiap satu artikel beliau menjelaskan mengenai satu gambar diagram dalam 3-5 halaman.

             Ada beberapa pertanyaan yang sempat dijawab beliau anatara lain kriteria tulisan yang tembus penerbit Mayor. Menurut beliau biasanya yang dilihat oleh penerbit mayor ada dua hal utama, yaitu KONTEN ATAU JUDUL YANG MENARIK (yang sedang menjadi tren pembicaraan) dan PENULIS YANG DIKENAL (karena memiliki track record bukunya laku di pasaran). Salah satu dari dua itu dapat menjadi pertimbangan, tetapi kalau ada dua-duanya akan menarik bagi penerbit mayor untuk mempublikasikannya dalam bentuk buku fisik maupun e-book.

           Dalam sebuah pertanyaan dari salah satu peserta, menurut prof Eko adalah ide bagus jika mengajak peserta didik tingkat rendah untuk mulai menulis buku, seperti tingakat SMP atau MTs. Adapun  langkah-langkahnya menurut beliau jika mengajak siswa menulis buku, hal harus menjadi motivasi bahwa hal ini adalah ide dan gagasan yang bagus. Untuk level SMP, sebaiknya memulai menulis dengan hal-hal yang DISUKAI MEREKA, bukan DISUKAI KITA. Fungsi kita adalah sebagai motivator dan editor. Judulnya agar menarik adalah yang sedang menjadi hobby mereka saat ini, misalnya berkaitan dengan keterampilan olah raga, kegemaran membuat animasi, kesukaan membuat mural, kegemaran membuat lagi indie, dan lain sebagainya. Tidak usah dulu berfikir dengan masalah bahasa. Intinya adalah ide-ide mereka tersampaikan dengan baik dan banyak yang menikmatinya. Mulailah dengan membuatt artikel-artikel berbasis blog sebagaimana sudah diajarkan oleh Oom Jay.

            Menulis dalam dua minggu tidaklah mudah, apalagi jika dilakukan bagi pemula, tapi bisa jadi charger bagi penulis yang perlu rangsangan ddan kekuatan.  Profesor Eko memiliki kemampuan dalam membaca peluang bacaan yang dibutuhkan dalam dunia Literasi.  Hal mudah, terampil menulis pada momen saat itu juga bagi Prof Eko. Dan ide itu muncul, termasuk yang bagaimana profesor meyakinkan guru-guru yang terlibat kalau mereka mampu menulis selama 2 minggu.

Tentunya tidak selengang jalan tol. Pasti ada hambatannya. Hal itu juga yang dihadapi Prof Eko.

Apa saja hambatan dan bagaimana mengatasinya.  Isu seputar pelaksanaan PJJ tidaklah mudah, membutuhkan banyak sekali pengetahuan dan keterampilan terkait dengannya. Guru-guru pun dibuat bingung dengan kebijakan “mendadak PJJ” ini. Mereka diminta melakukannya, tanpa dilatih terlebih dahulu karena situasi yang serba darurat.

            Kecuali, langkah atau cara di atas, Prof Eko menunjuk bu Aam selaku pelaku sejarah yang merasakannya sendiri. Beliau tidak perlu meyakinkan banyak guru untuk terlibat, karena ini adalah keputusan mereka masing-masing. Akan tetapi,  saya memberikan KESEMPATAN bagi mereka untuk terlibat. Ada atau tidak ada guru yang mau terlibat tidak masalah bagi beliau, karena yang akan menjalani manfaatnya adalah guru yang bersangkutan. Guru-guru yang berhasil menjadi penulis adalah yang memang memiliki dorongan semangat untuk menggapai cita-cita pribadinya. Seperti bu Aam dan teman-teman yang impiannya sederhana, melihat namanya terpampang pada sebuah buku, yang dipamerkan dan ditawarkan di toko-toko buku sekelas Gramedia dan Gunung Agung.  Beliau  pada tanggal 20 Maret 2020, di hari kelima PJJ memutuskan menjadi seorang Youtuber. Semua ilmu yang beliau miliki terkait dengan PJJ, dari hasil studi di Universitas Negeri Jakarta, beliau sampaikan kepada seluruh masyarakat pendidikan melalui EKO.

         Beliau  secara berkala, SETIAP HARI, membahas satu isu seputar pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan. EKOJI CHANNEL pun mulai disubscribe komunitas guru dan dosen di Indonesia.

 Pada saat ini, telah terdapat ratusan judul-judul menarik terkait dengan pendidikan moderen yang dapat dinikmati melalui kanal youtube ini.

.

          Salah satu cara beliau memotivasi mengorbarkan dengan cara memberikan tantangan. Setiap guru yang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis buku mayor, diminta untuk mendaftarkan diri. Beliau  menjanjikan mereka bisa membuat draft bukunya dalam waktu 2 minggu. Bagaimana hal itu dimungkinkan? Berikut adalah langkah-langkahnya.

Setelah diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo, beliau mencoba penerbit lain untuk menerbitkan buku-bukunya.Ternyata Penerbit ANDI Yogyakarta tertarik pula untuk menerbitkannya. Buku beliau yang berjudul E-Government publikasi Penerbit ANDI, menjadi salah satu yang sangat populer hingga saat ini. Karena ketika itu, belum banyak buku referensi yang membicarakannya, padahal di Indonesia isu terkait E-Government sedang hangat-hangatnya. Ingat, pada saat itu, internet belum semaju sekarang. Sehingga saya harus mencari sumber bacaan dari sana sini

            Teknik beliau saat memberikan tantangan ketika itu sebagai berikut,                   Setiap guru yang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis buku mayor,  diminta untuk mendaftarkan diri. Beliau  menjanjikan mereka bisa membuat draft bukunya dalam waktu 2 minggu. Bagaimana hal itu dimungkinkan? Berikut adalah langkah-langkahnya.

Langkah pertama, kunjungilah EKOJI CHANNEL, dan carilah sebuah konten/tema yang menarik bagi anda.

Langkah kedua, tulislah APAPUN YANG SAYA KATAKAN dalam channel youtube tersebut ke dalam bentuk tulisan.

Langkah ketiga, strukturkan pembahasan beliau tersebut dalam bentuk 5W1H - apakah judulnya (WHAT), mengapa judul tersebut penting (WHY), siapa yang membutuhkannya (WHO), dimana judul tersebut dapat diimpelemntasikan (WHERE), kapan menerapkannya (WHEN), dan bagaimana mengimplementasikannya (HOW). 

Langkah keempat, memperlihatkan draftnya ke beliau agar dapat diteliti dan komentari. 

Langkah kelima, saya meminta guru terkait MEMPERKAYA pembahasan dengan menambahkan kontennya dari sumber-sumber refrerensi lain. Beliau ajarkan caranya mencari dan mendapatkan referensi tersebut.

 Kelima langkah ini  diminta lakukan dalam 2-4 minggu. Apapun hasilnya  diberikan kepada beliau di akhir bulan.

            Pada pertemuan ke-7 ini mendapat kesempatan  untuk melakukan hal serupa yaitu menulis untuk diterbitkan ke penerbit mayor yaitu  tepat pukul 20.00 WIB, beliau mengajak kami yang tertarik untuk melakukan hal serupa, untuk melakukannya bersama belaiu dengan dikoordinasi oleh bu Aam. Untuk kesempatan ini beliau membuka batch baru, bernama FEBRUARI ROMANTIS untuk dapat diikuti oleh MAKSIMUM 25 guru-guru yang serius ingin menjadi penulis

 Terima kasih prof atas ajakan FEBRUARI ROMANTIS, Insyaallah mencoba, berlatih, belajar demi pengembangan diri, kemajuan pendidikan dan guru yang inovasi selalu berkarya.                                                                                              Motivasi itu banyak sumbernya tetapi yang paling kuat adalah dari diri sendiri.

"Kamu tidak bisa menunggu inspirasi. Kamu harus mengejarnya." - Jack London

 

Komentar

  1. Penggunaan bold dan tidak bisa memperjelas dan mempermudah dalam memmbaca, luar biasa resumenya , penggunaan bahasa jg jelas, 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Nung .. Nnti sy singgah di blog mbak jika blm

      Hapus
  2. Bahasanya jelas banget bu... Mudah di fahami seperti saya penulis pemula... He he... Terima ksh telah berbagi bu Menik yg super, jaga kesehatan tetap prokes... And terus berkarya... Sampai pooll.. He ha

    BalasHapus
  3. Setuju bu, cemilan resume dibumbui quote's nan lezat. Semangatt berkarya!

    BalasHapus
  4. Ketika sehelai kertas dihamparkan pada kita, meski berbahan baku sama tetap saja kan berbeda di akhir kisah, mengapa? Karena kita sendiri telah penuh warna. Mantap Bun..

    BalasHapus
  5. semangat selalu kawan sesama penulis pemula

    BalasHapus
  6. Smangat februari romantis bu. Tulisan ibu tersaji dengan bagus. Tambah puisi nya menjadi penyemangat.
    Ditunggu kunjungan dan jejak nya ya bu

    https://yandrinovitasari.blogspot.com/2022/02/melihat-sunrise-bersama-penerbit-mayor.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Impian Terindah ‘Baiti Jannati’

Menulis Buku? Ayo Dipasarkan dan Menambah Pemasukan